Penulis lepas yang juga kelahiran Sumatera Utara, Jonru Ginting
membahas tentang kasus heboh Sonya yang mengaku anaknya Arman Depari.
Menurut dia, apa yang dikatakan Sonya adalah kejujuran dan bukanlah
kebohongan.
Berikut artikel yang ditulis Jonru yang ia beri judul "Ternyata Benar, Sonya adalah Anak Arman Depari. Ini Buktinya!"
Beberapa hari ini, media sosial dikejutkan oleh berita mengenai Sonya, seorang gadis yang mengaku sebagai anak Arman Depari, saat dia ditertibkan oleh petugas lalulintas karena berkonvoi usai ujian nasional. Sebuah sikap yang dinilai sangat arogan, angkuh, mengandalkan beking pejabat penting untuk menghindari hukuman petugas keamanan.
Well, saya tidak hendak membahas masalah beking dan keangkuhan gadis yang bernama lengkap Sonya Ekarina Sembiring Depari ini. Terlebih karena kemarin saya mendapat kabar tentang ayah kandungnya yang meninggal dunia akibat stroke, tidak kuat menghadapi anaknya yang dibully di mana-mana.
Saya ikut berduka cita atas musibah ini. Sonya sudah mendapat “hukuman” atas sikapnya. Jadi tak perlu lagilah kita membahas gadis ini. STOP MEMBULLY SONYA. Mari berempati pada mereka yang berduka.
Secara pribadi, saya sangat tidak setuju dengan sikap dan tindakan Sonya. Namun tulisan ini BUKAN hendak membahas Sonya atau mengungkit-ungkit kesalahannya. Saya justru hendak membahas kasus ini dari sudut pandang budaya, khususnya budaya Karo. Ya, Sonya adalah orang Karo, sama seperti saya.
Sebagai pihak luar, kebanyakan orang menyayangkan kenapa Sonya mengaku-ngaku ssebagai anak Arman Depari (Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional [BNN]). Sebab faktanya, Arman Depari tidak punya anak perempuan. Semua anaknya laki-laki. Jadi Sonya bukan anaknya. Kita pun menuduh Sonya berbohong.
Ya, dari sudut pandang masyarakat umum, Sonya memang berbohong. Namun jika kita memandang hal ini dari sudut pandang Budaya Karo, maka sesungguhnya Sonya TIDAK BERBOHONG.
Kok bisa? Begini penjelasannya:
Dalam masyarakat Karo, ada sebutan khas untuk paman dan bibi, alias saudara dari orang tua kandung kita, yaitu:
Untuk saudara dari ayah saya yang laki-laki (baik saudara kandung maupun sepupu), saya memanggilnya:
– Bapa Tua jika dia anak pertama di keluarganya
– Bapa Uda, jika dia anak bungsu. Atau dia masih punya adik perempuan, namun dia adalah anak laki-laki yang terakhir
– Bapa Tengah, jika posisinya di tengah, misalnya anak ke-2, ke-3, dan seterusnya. Pokoknya selain Bapa Uda dan Bapa Tua.
Adapun istri mereka, kita memanggilnya Nande, yang artinya Ibu.
Untuk saudara perempuan dari ayah atau ibu, kita memanggilnya Bibi (baik Bibi Tua, Bibi Tengah, atau Bibi Uda, tergantung posisinya di dalam keluarga). Dan suami mereka dipanggil Bengkila.
Untuk saudara laki-laki dari ibu, kita memanggilnya Mama (baik Mama Tua, Mama Tengah, atau Mama Uda, tergantung posisinya di dalam keluarga). Dan istrinya dipanggil Mami. Jadi dalam masyarakat Karo, Mama dan Mami bisa jadi suami istri, hehehe…:-)
CATATAN: Saya adalah anak bungsu dari 7 bersaudara, dan semua kakak saya perempuan. Itulah sebabnya para keponakan memanggil saya Mama Uda, dan istri saya dipanggil Mami.
Intinya, nama sapaan di masyarakat Karo memang sangat banyak. Saya aja masih sulit menghafalnya, hehehe….:-)
Dari berbagai berita yang saya temukan di media online, terbukti bahwa ternyata Arman Depari dan mendiang ayah Sonya masih saudara sepupu. Bahkan di akun sosial medianya, Sonya sering menyapa Arman Depari sebagai Pa Uda, alias Bapa Uda. Arman Depari sendiri pun akhirnya mengakui bahwa Sonya memang saudaranya.
Dalam masyarakat Karo, saudara kandung atau sepupu dari ayah kita, yang jenis kelaminnya laki-laki, memang dianggap sebagai ayah kita juga. Bahkan istrinya pun dianggap sebagai ibu kita.
Saya bahkan sangat yakin, jika Arman Depari ketemu Sonya, kemungkinan besar dia akan menyapa gadis itu dengan sebutan Anakku. Karena memang demikianlah budaya masyarakat Karo.
Jadi Kesimpulannya:
Di satu sisi Sonya memang terkesan arogan dan angkuh dengan pengakuannya itu. Namun di sisi lain, Sonya tidak berbohong ketika mengaku sebagai anak Arman Depari. Dia memang anaknya, walau bukan anak kandung. Memang seperti itulah budaya masyarakat Karo.
Soal keangkuhan dan arogansi Sonya, mari kita ambil hikmahnya saja, agar kita jangan seperti itu. Dan jangan didik anak-anak kita seperti itu.
ADVERTISEMENT
Sebagai bahan referensi, khususnya tentang orang Karo yang sering disebut sebagai orang Batak, silahkan baca artikel berikut:
– 7 Salah Kaprah tentang Orang Batak
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita, khususnya mengenai budaya masyarakat Karo.
NB PENTING:
Ada koreksi dari beberapa teman, bahwa menisbatkan sapaan ayah atau ibu kepada mereka yang bukan orang tua kandung kita, tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam.
Well, perlu saya jelaskan bahwa:
1. Tulisan ini hanya membahas dari sudut pandang budaya. Soal boleh tidaknya dari sudut pandang ajaran Islam, itu di luar kompetensi saya. Saya tidak pernah membuat pernyataan mengenai boleh atau tidaknya.
2. Sapaan untuk paman (saudara laki-laki dari ayah) biasanya pakai embel-embel, seperti Bapa Tua, Bapa Tengah dan Bapa Uda. Demikian pula sapaan untuk istrinya: Nande Tua, Nande Tengah dan Nande Uda. Adapun untuk orang tua kandung, sapaannya cukup Bapa atau Nande saja, tanpa embel-embel apapun. Dengan demikian, walau mereka disebut Bapa atau Nande, namun tentu tidak dianggap sebagai orang tua kandung, karena ada embel-embelnya sebagai pembeda. Wallahualam.
Jakarta, 8 April 2016
JONRU
Berikut artikel yang ditulis Jonru yang ia beri judul "Ternyata Benar, Sonya adalah Anak Arman Depari. Ini Buktinya!"
Beberapa hari ini, media sosial dikejutkan oleh berita mengenai Sonya, seorang gadis yang mengaku sebagai anak Arman Depari, saat dia ditertibkan oleh petugas lalulintas karena berkonvoi usai ujian nasional. Sebuah sikap yang dinilai sangat arogan, angkuh, mengandalkan beking pejabat penting untuk menghindari hukuman petugas keamanan.
Well, saya tidak hendak membahas masalah beking dan keangkuhan gadis yang bernama lengkap Sonya Ekarina Sembiring Depari ini. Terlebih karena kemarin saya mendapat kabar tentang ayah kandungnya yang meninggal dunia akibat stroke, tidak kuat menghadapi anaknya yang dibully di mana-mana.
Saya ikut berduka cita atas musibah ini. Sonya sudah mendapat “hukuman” atas sikapnya. Jadi tak perlu lagilah kita membahas gadis ini. STOP MEMBULLY SONYA. Mari berempati pada mereka yang berduka.
Secara pribadi, saya sangat tidak setuju dengan sikap dan tindakan Sonya. Namun tulisan ini BUKAN hendak membahas Sonya atau mengungkit-ungkit kesalahannya. Saya justru hendak membahas kasus ini dari sudut pandang budaya, khususnya budaya Karo. Ya, Sonya adalah orang Karo, sama seperti saya.
Sebagai pihak luar, kebanyakan orang menyayangkan kenapa Sonya mengaku-ngaku ssebagai anak Arman Depari (Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional [BNN]). Sebab faktanya, Arman Depari tidak punya anak perempuan. Semua anaknya laki-laki. Jadi Sonya bukan anaknya. Kita pun menuduh Sonya berbohong.
Ya, dari sudut pandang masyarakat umum, Sonya memang berbohong. Namun jika kita memandang hal ini dari sudut pandang Budaya Karo, maka sesungguhnya Sonya TIDAK BERBOHONG.
Kok bisa? Begini penjelasannya:
Dalam masyarakat Karo, ada sebutan khas untuk paman dan bibi, alias saudara dari orang tua kandung kita, yaitu:
Untuk saudara dari ayah saya yang laki-laki (baik saudara kandung maupun sepupu), saya memanggilnya:
– Bapa Tua jika dia anak pertama di keluarganya
– Bapa Uda, jika dia anak bungsu. Atau dia masih punya adik perempuan, namun dia adalah anak laki-laki yang terakhir
– Bapa Tengah, jika posisinya di tengah, misalnya anak ke-2, ke-3, dan seterusnya. Pokoknya selain Bapa Uda dan Bapa Tua.
Adapun istri mereka, kita memanggilnya Nande, yang artinya Ibu.
Untuk saudara perempuan dari ayah atau ibu, kita memanggilnya Bibi (baik Bibi Tua, Bibi Tengah, atau Bibi Uda, tergantung posisinya di dalam keluarga). Dan suami mereka dipanggil Bengkila.
Untuk saudara laki-laki dari ibu, kita memanggilnya Mama (baik Mama Tua, Mama Tengah, atau Mama Uda, tergantung posisinya di dalam keluarga). Dan istrinya dipanggil Mami. Jadi dalam masyarakat Karo, Mama dan Mami bisa jadi suami istri, hehehe…:-)
CATATAN: Saya adalah anak bungsu dari 7 bersaudara, dan semua kakak saya perempuan. Itulah sebabnya para keponakan memanggil saya Mama Uda, dan istri saya dipanggil Mami.
Intinya, nama sapaan di masyarakat Karo memang sangat banyak. Saya aja masih sulit menghafalnya, hehehe….:-)
Dari berbagai berita yang saya temukan di media online, terbukti bahwa ternyata Arman Depari dan mendiang ayah Sonya masih saudara sepupu. Bahkan di akun sosial medianya, Sonya sering menyapa Arman Depari sebagai Pa Uda, alias Bapa Uda. Arman Depari sendiri pun akhirnya mengakui bahwa Sonya memang saudaranya.
Dalam masyarakat Karo, saudara kandung atau sepupu dari ayah kita, yang jenis kelaminnya laki-laki, memang dianggap sebagai ayah kita juga. Bahkan istrinya pun dianggap sebagai ibu kita.
Saya bahkan sangat yakin, jika Arman Depari ketemu Sonya, kemungkinan besar dia akan menyapa gadis itu dengan sebutan Anakku. Karena memang demikianlah budaya masyarakat Karo.
Jadi Kesimpulannya:
Di satu sisi Sonya memang terkesan arogan dan angkuh dengan pengakuannya itu. Namun di sisi lain, Sonya tidak berbohong ketika mengaku sebagai anak Arman Depari. Dia memang anaknya, walau bukan anak kandung. Memang seperti itulah budaya masyarakat Karo.
Soal keangkuhan dan arogansi Sonya, mari kita ambil hikmahnya saja, agar kita jangan seperti itu. Dan jangan didik anak-anak kita seperti itu.
ADVERTISEMENT
Sebagai bahan referensi, khususnya tentang orang Karo yang sering disebut sebagai orang Batak, silahkan baca artikel berikut:
– 7 Salah Kaprah tentang Orang Batak
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita, khususnya mengenai budaya masyarakat Karo.
NB PENTING:
Ada koreksi dari beberapa teman, bahwa menisbatkan sapaan ayah atau ibu kepada mereka yang bukan orang tua kandung kita, tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam.
Well, perlu saya jelaskan bahwa:
1. Tulisan ini hanya membahas dari sudut pandang budaya. Soal boleh tidaknya dari sudut pandang ajaran Islam, itu di luar kompetensi saya. Saya tidak pernah membuat pernyataan mengenai boleh atau tidaknya.
2. Sapaan untuk paman (saudara laki-laki dari ayah) biasanya pakai embel-embel, seperti Bapa Tua, Bapa Tengah dan Bapa Uda. Demikian pula sapaan untuk istrinya: Nande Tua, Nande Tengah dan Nande Uda. Adapun untuk orang tua kandung, sapaannya cukup Bapa atau Nande saja, tanpa embel-embel apapun. Dengan demikian, walau mereka disebut Bapa atau Nande, namun tentu tidak dianggap sebagai orang tua kandung, karena ada embel-embelnya sebagai pembeda. Wallahualam.
Jakarta, 8 April 2016
JONRU
Ternyata Benar, Sonya adalah Anak Arman Depari. Ini Buktinya!
Reviewed by piter baron
on
7:44 AM
Rating: